Harap bagaikan pedal gas pada sebuah kendaraan bermotor, ia menggerakkan dan membuat kendaraan melangkah ke depan, menuju tujuan. Sedang kan cemas ibarat rem, ia berfungsi memperlambat, bahkan menghentikan gerak maju kendaraan itu. Kombinasi antara gas dan rem, dengan porsi yang pas dan takaran yang sesuai, membuat kendaran maju dan bahkan dipacu, tapi juga dapat diperlambat dan berhenti bila diperlukan dan di butuhkan.

Tanpa harapan, tak ada alasan seseorang untuk bergerak, dan berkerja. Harapan lah yang membuat seseorang berjuang, bahkan bertempur. Harapan lah alasan seseorang beramal, dan beribadah. Harapan lah, sebab kenapa seseorang berani dan bertahan hidup.

Sedangkan cemas dan khawatir, menjaga seseorang dari dosa dan kesalahan. Rasa takut, membuat seseorang menghentikan dosa dan kemaksiatan, sehingga ia tidak tenggelam dan berlarut dalam murka Allah. Rasa takut juga membuat seseorang melakukan pertaubatan dan minta maaf atas kezhaliman. Rasa cemas mengendalikan seseorang dalam hidup, sehingga tidak asal, tidak seenak nya, tidak hantam kromo, tidak melabrak aturan, melindas norma dan melanggar agama . Rasa takut menyelamatkan seseorang dari kebinasaan, dari murka dan neraka Allah.

Kombinasi harap dan cemas, bagaikan kombinasi gas dan rem. Menggerakkan sekaligus mengendalikan, memotivasi sekaligus memonitori.

Akan tetapi, harap yang melebihi takaran, membuat seseorang yakin berlebihan, optimisme yang tak sepadan, kepedean, percaya diri yang overdosis, bahkan ujub dan sombong, merasa diri nya paling benar, paling pintar, paling bersih, ibadahnya pasti diterima, dan syurga sudah di tangan, tak peduli apa pun kata orang dan tak perlu masukan dan nasehat mereka.

Sebalik nya cemas yang terlalu dominan, bisa membuat seseorang paranoid, galau, dan was was yang tak beralasan. Juga tak jarang membuat seseorang minder, menyerah, putus asa, pesimis, bahkan suud zhan pada dirinya, pada orang lain, bahkan pada Allah. Ia menyalahkan diri nya, meratapi nasib nya, mengutuk takdir nya. Ia menilai diri nya pecundang, hina, tak ada harga, tak ada harapan, tak akan selamat dari neraka, Allah tak mungkin mengampuninya, disebabkan kesalahan, kemaksiatan, kemalangan, dan kekurangan diri nya. la mengatakan memang dirinya pembawa sial, dari sononya, “sisiak bana nan tak elok”.

Maka, dalam hidup ini, seseorang perlu memiliki harapan, plus kecemasan, keberanian plus kewaspadaan, optimisme plus perhitungan, kebanggaan plus ketawadu’an. Kombinasi ini yang membuat ia bergerak dengan cermat dan penuh kehati-hatian, berkerja dengan yakin dan penuh pertimbangan, beramal penuh keiklasan. Ia sangat produktif dalam berbuat kebaikan dan kebajikan, tapi juga semangat dalam perbaikan dan pembenahan. Rajin berkerja, juga sering evaluasi. Suka memberi nasehat, juga siap dinasehati. Berani menyampaikan kebenaran, juga siap menerima masukan. Percaya diri berbicara, tapi sabar dalam mendengar. Optimis, tapi tidak sombong,. Rendah hati, tapi tidak rendah diri. Berani tapi tidak gegabah, sabar tapi tidak menyerah. Yakin pendapatnya benar, tapi menghargai pendapat orang lain.

Orang baik, orang alim dan orang shaleh perlu diberi ramuan “cemas/hati hati/khawatir” , sehingga tidak lupa diri,dan tetap membumi serta tawadu. Sedangkan pendosa, pelaku maksiat, orang bodoh, dan yang serba kekurangan, perlu diberi terapi “harap/optmisme”, sehingga ia punya semangat memperbaiki diri, gairah untuk bangkit, tenaga untuk berobah, serta energi untuk bertaubat.

“Ya Allah, sungguh kami berharap masuk syurga-Mu, sebagaimana kami juga takut masuk neraka-Mu”.

“Ya Allah, terimalah amal kami, dan ampunilah dosa kami”. (Das)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *